MenurutIbnul Mundzir yang bersumber dari Jabir bahwa kisah nikah dan datangnya kafilah dari Syam itu, bersamaan waktunya dari satu arah, dan ayat ini turun berkenaan dengan kedua peristiwa itu. Demikian Asbabun nuzul Surat Al-Jum'ah, (QS. 62) semoga dapat menambah wawasan untuk memahami Al-Quran secara baik. Dan mengamalkannya sesuai kemampuan. Surat Nuh merupakan surah ke-71 dalam Al-Quran yang terdiri dari 28 ayat. Surah ini menjadi salah satu surah yang menceritakan kisah nabi Nuh dan banjir besar yang terjadi di zaman itu. Namun, selain kisah tersebut, surah ini juga memiliki asbabun nuzul yang menarik untuk dipelajari. Apa itu asbabun nuzul surat Nuh? Simak penjelasannya di bawah ini. Pengertian Asbabun Nuzul Surat Nuh Asbabun nuzul surat Nuh adalah penjelasan mengenai sebab-sebab turunnya surat Nuh. Sebagai contoh, ada beberapa ayat dalam surah ini yang turun akibat dari peristiwa tertentu yang terjadi pada masa kehidupan Nabi Muhammad saw. Pengetahuan tentang asbabun nuzul sangat penting untuk memahami makna serta konteks ayat dalam Al-Quran. Sebab Turunnya Surat Nuh Menurut sejumlah riwayat, sebab turunnya surat Nuh adalah sebagai berikut Pertama, surat ini turun sebagai jawaban atas permintaan orang-orang musyrik Quraisy yang meminta Nabi Muhammad saw untuk menunjukkan mukjizat yang besar. Allah kemudian menurunkan surat Nuh sebagai bukti kekuasaan-Nya yang mampu menghancurkan seluruh umat manusia. Kedua, surat ini turun sebagai penghiburan bagi Nabi Muhammad saw yang saat itu masih dikejar-kejar oleh musuh-musuhnya. Surat ini mengajarkan bahwa Allah akan selalu melindungi hamba-hamba-Nya yang taat serta memberikan keadilan bagi setiap makhluk-Nya. Surat Nuh mengajarkan tentang pentingnya beriman kepada Allah serta taat kepada-Nya. Meskipun Nabi Nuh saat itu dianggap gila oleh kaumnya, ia tetap teguh pada keimanan dan berjuang untuk menyelamatkan umat manusia dari banjir besar yang akan datang. Surat ini juga mengingatkan manusia akan kekuasaan Allah yang mampu menghancurkan seluruh makhluk-Nya jika mereka tidak taat kepada-Nya. Kesimpulan Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa asbabun nuzul surat Nuh adalah penjelasan mengenai sebab-sebab turunnya surat Nuh. Surat ini turun sebagai jawaban atas permintaan orang-orang musyrik Quraisy dan sebagai penghiburan bagi Nabi Muhammad saw. Surat Nuh mengajarkan tentang pentingnya beriman dan taat kepada Allah serta mengingatkan manusia akan kekuasaan-Nya yang mampu menghancurkan seluruh makhluk-Nya jika mereka tidak taat kepada-Nya. Pos terkaitBahasa Daerah Sunda Sampai Berjumpa LagiBeberapa Pengertian dan Fungsi Array yang Benar Terdapat PadaPeristiwa Tertariknya Partikel Koloid oleh Medan Listrik DisebutPada Tahun 1770 Inggris Mengakui Haknya atas Benua Australia MelaluiBerikut Bukan Faktor Pendorong Pembangunan Ekonomi AdalahMengapa Kita Harus Bernegosiasi dengan Santun?
ASBABUNNUZUL ASBAB AL NUZUL Ali Ibni Ahmad Al Wahidi The Great Tafsirs of the Holy Qur'an project (www.altafsir.com) of the Royal Aal al-Bayt Institute for Nuh. 72/14. Ibrahim. 73/21. Al Anbiya. 74/23. Al Mu'minun. 75/32. As Sajdah. Islamicity.org. TERJEMAHAN MELAYU. Surah.My. AL QURAN FLASH. Al Quran Flash. TAFSIR IBNU KATSIR INDO
Al-Faatihah 001. Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang 002. Segala puji bagi Allah Lafal ayat ini merupakan kalimat berita, dimaksud sebagai ungkapan pujian kepada Allah berikut pengertian yang terkandung di dalamnya, yaitu bahwa Allah Taala adalah yang memiliki semua pujian yang diungkapkan oleh semua hamba-Nya. Atau makna yang dimaksud ialah bahwa Allah Taala itu adalah Zat yang harus mereka puji. Lafal Allah merupakan nama bagi Zat yang berhak untuk disembah. Tuhan semesta alam artinya Allah adalah yang memiliki pujian semua makhluk-Nya, yaitu terdiri dari manusia, jin, malaikat, hewan-hewan melata dan lain-lainnya. Masing-masing mereka disebut alam. Oleh karenanya ada alam manusia, alam jin dan lain sebagainya. Lafal 'al-`aalamiin' merupakan bentuk jamak dari lafal '`aalam', yaitu dengan memakai huruf ya dan huruf nun untuk menekankan makhluk berakal/berilmu atas yang lainnya. Kata 'aalam berasal dari katàalaamah tanda mengingat ia adalah tanda bagi adanya yang menciptakannya. 003. Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang yaitu yang mempunyai rahmat. Rahmat ialah menghendaki kebaikan bagi orang yang menerimanya. 004. Yang menguasai hari pembalasan di hari kiamat kelak. Lafal 'yaumuddiin' disebutkan secara khusus, karena di hari itu tiada seorang pun yang mempunyai kekuasaan, kecuali hanya Allah Taala semata, sesuai dengan firman Allah Taala yang menyatakan, "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini hari kiamat? Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan." Al-Mukmin 16 Bagi orang yang membacanya 'maaliki' maknanya menjadi "Dia Yang memiliki semua perkara di hari kiamat". Atau Dia adalah Zat yang memiliki sifat ini secara kekal, perihalnya sama dengan sifat-sifat-Nya yang lain, yaitu seperti 'ghaafiruz dzanbi' Yang mengampuni dosa-dosa. Dengan demikian maka lafal 'maaliki yaumiddiin' ini sah menjadi sifat bagi Allah, karena sudahmàrifah dikenal. 005. Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan Artinya kami beribadah hanya kepada-Mu, seperti mengesakan dan lain-lainnya, dan kami memohon pertolongan hanya kepada-Mu dalam menghadapi semua hamba-Mu dan lain-lainnya. 006. Tunjukilah kami ke jalan yang lurus Artinya bimbinglah kami ke jalan yang lurus, kemudian dijelaskan pada ayat berikutnya, yaitu 007. Jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, yaitu melalui petunjuk dan hidayah-Mu. Kemudian diperjelas lagi maknanya oleh ayat berikut Bukan jalan mereka yang dimurkai Yang dimaksud adalah orang-orang Yahudi. Dan bukan pula dan selain mereka yang sesat. Yang dimaksud adalah orang-orang Kristen. Faedah adanya penjelasan tersebut tadi mempunyai pengertian bahwa orang-orang yang mendapat hidayah itu bukanlah orang-orang Yahudi dan bukan pula orang-orang Kristen. Hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui dan hanya kepada-Nyalah dikembalikan segala sesuatu. Semoga selawat dan salam-Nya dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. beserta keluarga dan para sahabatnya, selawat dan salam yang banyak untuk selamanya. Cukuplah bagi kita Allah sebagai penolong dan Dialah sebaik-baik penolong. Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan hanya berkat pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. Al-Baqarah 001. Alif laam miim Allah yang lebih mengetahui akan maksudnya. 002. Kitab ini yakni yang dibaca oleh Muhammad saw. tidak ada keraguan atau kebimbangan padanya bahwa ia benar-benar dari Allah swt. Kalimat negatif menjadi predikat dari subyek 'Kitab ini', sedangkan kata-kata isyarat 'ini' dipakai sebagai penghormatan. menjadi petunjuk sebagai predikat kedua, artinya menjadi penuntun bagi orang-orang yang bertakwa maksudnya orang-orang yang mengusahakan diri mereka supaya menjadi takwa dengan jalan mengikuti perintah dan menjauhi larangan demi menjaga diri dari api neraka. 003. Orang-orang yang beriman yang membenarkan kepada yang gaib yaitu yang tidak kelihatan oleh mereka, seperti kebangkitan, surga dan neraka dan mendirikan salat artinya melakukannya sebagaimana mestinya dan sebagian dari yang Kami berikan kepada mereka yang Kami anugerahkan kepada mereka sebagai rezeki mereka nafkahkan mereka belanjakan untuk jalan menaati Allah. 004. Dan orang-orang yang beriman pada apa yang diturunkan kepadamu maksudnya Alquran, dan apa yang diturunkan sebelummu yaitu Taurat, Injil dan selainnya serta mereka yakin akan hari akhirat, artinya mengetahui secara pasti. 005. Merekalah, yakni orang-orang yang memenuhi sifat-sifat yang disebutkan di atas yang beroleh petunjuk dari Tuhan mereka dan merekalah orang-orang yang beruntung yang akan berhasil meraih surga dan terlepas dari siksa neraka. 006. Sesungguhnya orang-orang kafir seperti Abu Jahal, Abu Lahab dan lainnya sama saja bagi mereka, apakah kamu beri peringatan dibaca, a-andzartahum, yakni dengan dua buah hamzah secara tegas. Dapat pula hamzah yang kedua dilebur menjadi alif hingga hanya tinggal satu hamzah saja yang dibaca panjang atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Hal itu telah diketahui oleh Allah, maka janganlah kamu berharap mereka akan beriman. 'Indzar' atau peringatan, artinya pemberitahuan disertai ancaman. 007. Allah mengunci mati hati mereka maksudnya menutup rapat hati mereka sehingga tidak dapat dimasuki oleh kebaikan begitu pun pendengaran mereka maksudnya alat-alat atau sumber-sumber pendengaran mereka dikunci sehingga mereka tidak memperoleh manfaat dari kebenaran yang mereka terima sedangkan penglihatan mereka ditutup dengan penutup yang menutupinya sehingga mereka tidak dapat melihat kebenaran dan bagi mereka siksa yang besar yang berat lagi tetap. Terhadap orang-orang munafik diturunkan
Thepresent work by 'Ali ibn Ahmad al-Wahidi, (d. 468/1075) Asbab al-Nuzul is the earliest and best-known representative work of this genre. For most of the Qur'an, the exact occasions and contexts of Revelation were not preserved in the historical record. However, for those that have been, the original context of the
28. رَّبِّ ٱغْفِرْ لِى وَلِوَٰلِدَىَّ وَلِمَن دَخَلَ بَيْتِىَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ وَلَا تَزِدِ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا تَبَارًۢا rabbigfir lī wa liwālidayya wa liman dakhala baitiya mu`minaw wa lil-mu`minīna wal-mu`mināt, wa lā tazidiẓ-ẓālimīna illā tabārā 28. Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan”. Tafsir Selain Nabi Nuh alaihissalam berdoa untuk kebinasaan kaumnya yang kafir, Nabi Nuh alaihissalam juga mendoakan kebaikan untuk seluruh orang-orang beriman. Nabi Nuh alaihissalam terlebih dahulu mendoakan dirinya, dan ini adalah dalil bahwa mendoakan diri sendiri itulah yang didahulukan lalu kemudian orang lain. Kemudian Nabi Nuh alaihissalam mendoakan orang tuanya[1], dan ini adalah dalil bahwa orang tua Nabi Nuh alaihissalam masuk Islam, karena Nabi Nuh alaihissalam mendoakan ampunan untuknya[2]. Dan ini merupakan di antara dalil yang disebutkan oleh jumhur ulama bahwasanya orang tua Nabi shallallahu alaihi wasallam meninggal bukan dalam kondisi Islam. Dan ini adalah pendapat jumhur, di antaranya adalah Imam An-Nawawi, Ibnu Katsir, Adz-Dzahabi, dan Al-Baihaqi. Bahkan jumhur ulama syafi’iyah mengatakan bahwasanya di antara bukti kedua orang tua Nabi shallallahu alaihi wasallam meninggal dalam keadaan tidak Islam adalah Nabi shallallahu alaihi wasallam tidak pernah mendoakan kedua orang tuanya. Bahkan dalam hadits telah disebutkan bahwa tatkala Nabi shallallahu alaihi wasallam hendak memohonkan ampun untuk ibunya, ternyata beliau ditegur oleh Allah ﷻ. Adapun Nabi Nuh alaihissalam, dia mendoakan kedua orang tuanya tanpa ditegur oleh Allah ﷻ. Adapun para ulama yang mengatakan bahwa orang tua Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah Islam hanyalah ulama minoritas dan ulama belakangan seperti As-Suyuti dan yang lainnya. Memang hal ini adalah khilaf di kalangan para ulama, akan tetapi sebagian orang tidak bisa menerima khilaf tersebut. Kemudian Nabi Nuh alaihissalam mendoakan keluarganya yang beriman, karena tidak semua keluarganya beriman, di antaranya adalah istri dan salah satu anaknya[3]. Sebagaimana firman Allah ﷻ, ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ كَفَرُوا امْرَأَتَ نُوحٍ وَامْرَأَتَ لُوطٍ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَقِيلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ “Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh dan istri Luth. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami, lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari siksaan Allah. Dan dikatakan kepada kedua istri itu, Masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk neraka’.” QS. At-Tahrim 10 Sungguh bisa kita bayangkan bagaimana ujian yang sangat berat yang dilalui oleh Nabi Nuh alaihissalam. Beliau berdakwah selama ratusan tahun, akan tetapi anak dan istrinya ternyata tidak beriman. Kira-kira jika hal seperti ini terjadi di zaman sekarang, maka tentu seorang Da’i akan mendapat cacian dan makian luar biasa, karena dia mendakwahi orang lain, namun istri dan anaknya tidak mendengar dakwahnya sendiri. Kemudian Nabi Nuh alaihissalam juga mendoakan kebaikan untuk seluruh kaum mukminin baik yang telah meninggal maupun yang masih dan akan hidup di kemudian hari[4]. Ini menunjukkan bagaimana jiwa kasih sayang para Nabi terhadap kaum mukminin yang begitu tinggi, sampai-sampai Nabi Nuh alaihissalam mendoakan mereka seluruhnya[5]. Dan dalam hadits disebutkan bahwa setiap orang yang kita doakan, maka kita akan mendapatkan kebaikan dari doa-doa tersebut. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ummu darda’, bahwa Rasulullah bersabda دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ، عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ Do’a seorang muslim untuk saudaranya yang dipanjatkan tanpa sepengetahuan orang yang dido’akannya adalah do’a yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada Malaikat yang diutus baginya. Setiap kali dia berdo’a untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka Malaikat tersebut berkata Semoga Allah mengabulkannya dan semoga engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan. [6] ___________________ Footnote [1] Lihat At-Tahrir Wa At-Tanwir Li Ibn Asyur 29/215. [2] Lihat Tafsir Al-Baghawiy 8/234 dan Al-Kassyaf Li Az-Zamakhsyariy 4/621. [3] Lihat Tafsir Al-Baghawiy 4/174. [4] Lihat At-Tahrir Wa At-Tanwir Li Ibn Asyur 29/215. [5] Lihat Tafsir Ibnu Athiyyah 5/377. [6] Muslim
navigasicari. Surah-surah Makkiyah dan Madaniyah (bahasa Arab: السور المکیة و المدنیة) adalah sebuah istilah dan ungkapan di bidang jurusan Ulumul Quran dan sebagian dari cabang-cabang kajian Islam dan yang dimaksud darinya adalah dua bagian dari surah-surah Alquran yang berkaitan dengan tempat penurunannya. Mekah dan
Surat Az-Zalzalah tergolong dalam surat Madaniyah menurut Ibnu Abbas dan Qatadah, sedangkan menurut Ibnu Masud dan Atha' tergolong surat Makiyah. Surat Az-Zalzalah diturunkan setelah surat An-Nisa', terdiri atas delapan ayat, 35 kalimat dan 149 huruf. Surat ini dinamakan surah Az-Zalzalah atau Az-Zilzaal karena awal surat atau ayat 1 dimulai dengan pemberitahuan tentang terjadinya gempa dahsyat beberapa saat sebelum hari Kiamat إِذَا زُلْزِلَتِ ٱلْأَرْضُ زِلْزَالَهَا Artinya, “Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan yang dahsyat.” Syekh Wahbah Az-Zuhaili wafat 2015 M mengatakan أسلوب هذه السورة المدنية وموضوعها يشبه أسلوب وموضوع السور المكية، لإخبارها عن أهوال القيامة وشدائدها Artinya, " Uslub surat ini adalah Madaniyyah, sedangkan temanya menyerupai uslub dan tema surat-surat Makkiyyah, karena memberi kabar tentang kondisi mengerikan dan mencekamnya hari Kiamat". Wahbah bin Musthafa Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr 1418 H], juz XXX, halaman 355. Syekh Muhammad Amin Al-Harari wafat 2019 M dalam tafsirnya menyebutkan pendapat Ibnu Hazm bahwa surat ini keseluruhannya adalah muhkamah serta tidak ada ayat yang menashk dan dimansukh وقال محمد بن حزم - رحمه الله تعالى - سورة الزلزلة محكمة كلها ليس فيها ناسخ ولا منسوخ Artinya, " Muhammad bin Hazm berkata "Surat Az-Zalzalah seluruhnya muhkamah. Di dalamnyatidak ada ayat menaskh dan ayat yang ​​​​​​dimansukh." Muhammad Amin Al-Harari, Tafsir Hada`iqur Ruh war Raihan [Beirut, Dar Thuqun Najah 2001 ] juz XXXII halaman 229. Adapun asbabun nuzul surat ini sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Mustafa Al-Maraghi, Syekh Wahbah Az-Zuhaili dan Syekh Muhammad Amin Al-Harari dalam tafsir mereka adalah sebagai berikut ذكر في سبب نزولها أن الكفار كانوا كثيرًا ما يسألون عن يوم الحساب، ومتى هو، فيقولون أيان يوم القيامة؟ ويقولون متى هذا الوعد وما أشبه ذلك، فذكر لهم الخالق عَزَّ وَجَلَّ في هذه السورة علامات ذلك اليوم فقط؛ ليعلموا أنه لا سبيل إلى تعيين ذلك اليوم الذي يعرض الناس فيه على ربهم؛ ليجازي كلًّا بعمله ويعاقب المذنبين ويثيب المحسنين، وأنه تعالى سيجازي على أصغر الأعمال، إن خيرًا فخير وإن شرًا فشر Artinya, "Disebutkan terkait sebab turun surat Az-Zalzalah adalah orang-orang kafir banyak bertanya tentang hari perhitungan, kapan hari perhitungan itu terjadi. Mereka berkata, "Kapankah hari Kiamat itu? Kapan datangnya ancaman itu?", dan pertanyaan-pertanyaan lain yang semisal. Karena itu, Allah swt menyebutkan kepada mereka di dalam surat ini tentang tanda-tanda hari Kiamat saja, agar mereka mengetahui tidak ada jalan untuk menentukan hari itu, hari yang manusia menghadap Tuhannya supaya Allah memberi balasan kepada seluruh mereka berdasarkan amalnya; menyiksa orang-orang yang berdosa dan memberi pahala orang-orang yang berbuat kebaikan. Sesungguhnya Allah akan membalas amal-amal yang kecil sekalipun. Jika amalnya baik maka balasan​​​​​​nya baik. Namun jika amalnya buruk, balasannya pun akan buruk." Al-Harari, Tafsir Hada`iqur Ruh, juz XXXII halaman 231; Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, juz XXX halaman 218; dan Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, juz XXX halaman 356. Keutamaan Surat Az-Zalzalah Imam Al-Qurthubi wafat 671 H mengatakan surat Az-Zalzalah mempuyai banyak keutamaan. Kemudian beliau menyebutkan beberapa riwayat yang mencakup keutamaan surat Az-Zalzalah ini sebagai berikut رَوَى الترمذي عن أنس ابن مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ إِذَا زُلْزِلَتْ، عُدِلَتْ لَهُ بِنِصْفِ الْقُرْآنِ Artinya, "At-Tirmidzi meriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata "Rasulullah saw bersabda "Barangsiapa membaca surat “Izda zulzilat”, itu mengimbangi setengah Al-Qur'an". Syekh Amin Al-Harari juga menyebutkan riwayat ini untuk menjelaskan keutamana surat dalam tafsirnya. Di sana beliau menjelaskan maksud dari "mengimbangi setengah Al-Qur'an" dalam hadits tersebut sebagai berikut وقوله تعدل بنصف القرآن، وذلك؛ لأن أحكام القرآن تنقسم على قسمين أحكام الدنيا وأحكام الآخرة، وهذه السورة تشتمل على أحكام الآخرة كلها إجمالًا Artinya, " Adapun sabda Nabi saw “Surat Az-Zalzalah ​​​​​​​mengimbangi setengah Al-Qur'an”, itu karena hukum-hukum Al-Qur'an terbagi atas dua pembagian yaitu, hukum-hukum dunia dan hukum-hukum akhirat. Sedangkan surat ini secara umum mencakup seluruh hukum-hukum akhirat". Al-Harari, Tafsir Hada`iqur Ruh, juz XXXII, halaman 230. Dalam menyebutkan keutamaan surat Az-zalzalah, Imam Al-Quthubi menyebutkan riwayat lain sebagai berikut عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ. وَرُوِيَ عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ إِذَا زُلْزِلَتْ أَرْبَعَ مَرَّاتٍ، كَانَ كَمَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ كُلَّهُ Artinya, " Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan dari Ali ra, ia berkata "Rasulullah saw bersabda "Barangsiapa membaca surat “Izda zulzilat” empat kali, itu seperti membaca Al-Qur'an seluruhnya." وَرَوَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ إِذَا زُلْزِلَتْ بَكَى أَبُو بَكْرٍ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْلَا أَنَّكُمْ تُخْطِئُونَ وَتُذْنِبُونَ وَيَغْفِرُ اللَّهُ لَكُمْ، لَخَلَقَ أُمَّةً يُخْطِئُونَ وَيُذْنِبُونَ وَيَغْفِرُ لهم، إنه هو الغفور الرحيم Artinya, "Abdullah bin Umar bin Al-'Ash berkata "Ketika surat “Izda zulzilat” diturunkan, Abu Bakar menangis. Kemudian Nabi saw bersabda " Andaikan kalian semua berbuat kesalahan dan dosa, dan Allah akan mengampuni kalian semua, maka sungguh Allah akan menciptakan umat yang berbuat kesalahan dan dosa, kemudian akan mengampuninya. Sesungguhnya Allah itu Maha Memberi Ampun serta Maha Kasih Sayang. Syamsudin Al-Qurthubi, Tafsirul Qurthubi, [Mesir, Darul Kutub Al-Mishriyah 1384 H/1964 M], juz XX, halaman 146. Wallahu a'lam. Ustadz Muhammad Hanif Rahman, Dosen Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo
44 Dikatakan kepadanya (Balqis), "Masuklah ke dalam istana.". Maka ketika dia (Balqis) melihat (lantai istana) itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya (penutup) kedua betisnya. Dia (Sulaiman) berkata, "Sesungguhnya ini hanyalah lantai istana yang dilapisi kaca.". Dia (Balqis) berkata, "Ya Tuhanku, sungguh, aku telah
Al-Qur’an diturunkan sedikit demi sedikit selama 23 tahun masa kenabian. Ayat demi ayat diturunkan oleh Allah dalam keadaan yang berbeda-beda. Dalam ranah sosial, ada banyak ayat Al-Qur’an yang diturunkan sebagai jawaban atas problem yang dialami oleh Nabi Muhammad dan para sahabat. Menyikapi hal ini, para ulama membuka ranah penelitian baru dalam ilmu tafsir yang disebut dengan asbabun nuzul secara bahasa "sebab-sebab atau latar historis turunnya ayat Al-Qur'an", red. Para mufassir Al-Qur’an sepakat bahwa سبب النزول معناه ما نزلت الآية أيام وقوعه متضمنة له أو مبينة لحكمه “Asbabun nuzul adalah diturunkan ayat Al-Qur’an atas sebuah kejadian untuk mengabadikannya atau menjelaskan hukum atas kejadian tersebut.” Di antara contoh asbabun nuzul adalah riwayat yang menjelaskan kejadian yang melatarbelakangi diturunkannya hukum larangan meminum khamr dalam Al-Quran, yaitu “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa suatu ketika dua kabilah dari golongan Anshar mengadakan perjamuan yang disuguhi dengan minuman khamr. Kemudian mereka minum khamr hingga mabuk sehingga terjadilah perkelahian di antara mereka. Ketika mereka telah sadar dari mabuknya, maka sebagian mereka menyadari bekas luka yang ada di wajahnya seraya berkata, Sungguh saudaraku fulan telah melukaiku, seandainya ia berbelas kasihan niscaya ia tidak akan melukaiku’. Terbakarlah permusuhan di antara dua kabilah tersebut karena luka yang mereka dapatkan. Kemudian, Allah menurunkan ayat Al-Qur’an إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأنْصَابُ وَالأزْلامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ Artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, berkurban untuk berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah…” QS Al-Maidah 90 Dikecualikan dari definisi asbabun nuzul adalah setiap ayat yang diturunkan tidak sebagai jawaban atas pertanyaan para sahabat ataupun kejadian di masa Nabi Muhammad. Contohnya kisah-kisah umat dan para nabi terdahulu yang diturunkan sebagai peringatan bagi umat Nabi Muhammad. Hal ini disebabkan tidak memenuhi kriteria dari definisi asbabun nuzul yang telah disepakati oleh para ulama tafsir. Sikap para ulama ketika menemukan perbedaan asbabun nuzul dalam satu ayat yang sama adalah sebagai berikut Pertama, ketika ada dua riwayat yang menjelaskan asbabun nuzul pada ayat yang sama dengan kategori riwayat dapat dipercaya maka keduanya dapat diterima sebagai asbabun nuzul pada ayat tersebut tanpa ditolak salah satu dari keduanya. Dan kedua riwayat ini berfungsi sebagai penguat hukum yang dibawa oleh ayat tersebut. Sangat mungkin terjadi sebuah ayat yang sama diturunkan lebih dari satu kali sebagai jawaban atas beberapa kejadian yang terjadi di masa Nabi Muhammad saw. Misalnya, Riwayat pertama, “Diriwayatkan dari Abu Hurairah Suatu ketika Nabi Muhammad saw sedang berdiri di depan jenazah sahabat Hamzah yang mati syahid. Rasulullah mengatakan Akan aku balaskan dengan terbunuhnya 70 orang dari mereka orang-orang kafir Quraisy sebagai balasan atas wafatmu’. Maka, turunlah Jibril dengan membawa ayat, Dan jika kamu membalas maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu...” QS An-Nahl 126,” HR al-Baihaqi. Riwayat kedua, “Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab, Suatu ketika pada perang Uhud terbunuh 64 orang dari kalangan Anshar dan 6 orang dari kalangan Muhajirin. Seseorang dari kalangan Anshar mengatakan, Seandainya terjadi lagi perang dengan mereka orang-orang kafir Quraisy, akan kita bunuh ratusan orang dari golongan mereka’. Maka, ketika terjadi penaklukkan kota Makkah Fathu Makkah turunlah ayat Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu...” QS An-Nahl 126,” HR al-Hakim. Dalam kasus ini, kita tahu bahwa seluruh ayat dalam surat an-Nahl adalah Makkiyah diturunkan di kota Makkah. Maka, dapat disimpulkan bahwa QS An-Nahl ayat 126 diturunkan tiga kali yaitu pertama diturunkan di kota Makkah sebelum nabi hijrah, kemudian di perang uhud sebagaimana riwayat pertama, dan terakhir di kota Makkah pada saat penakhlukkan kota Makkah Fathu Makkah sebagaimana riwayat yang kedua. Kedua, ketika ada dua riwayat yang menjelaskan asbabun nuzul pada ayat yang sama, tetapi riwayat yang pertama dengan redaksi “Ayat ini turun untuk menjelaskan hukum ini” sedangkan riwayat yang kedua dengan redaksi “Ayat ini dengan sebab kejadian seperti ini”; maka ditetapkan riwayat kedua sebagai asbabun nuzul karena memakai redaksi yang lebih jelas dalam menceritakan sebab turunnya ayat tersebut. Misal contoh, Riwayat pertama, “Diriwayatkan dari Ibnu Umar, beliau mengatakan “Turunnya ayat “Istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja dengan cara yang kamu suka. Dan utamakanlah yang baik untuk dirimu… QS Al-Baqarah ayat 223” adalah sebagai penjelasan keharaman menggauli perempuan dari duburnya” HR al-Bukhari. Riwayat kedua, “Diriwayatkan dari Jabir, beliau mengatakan “Dahulu, orang-orang yahudi meyakini bahwa barang siapa yang menggauli istrinya dari arah belakang tubuhnya niscaya anaknya terlahir dalam keadaan buta matanya. Maka, Allah turunkan ayat “Istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja dengan cara yang kamu suka. Dan utamakanlah yang baik untuk dirimu…QS Al-Baqarah ayat 223” HR Muslim. Dalam kasus ini, ditetapkan riwayat kedua sebagai asbabun nuzul QS Al-Baqarah ayat 223 karena lebih jelas dalam menunjukkan sebab turunnya ayat. Sedangkan riwayat pertama cenderung lebih sebagai ijtihad Ibnu Umar dalam mengambil hukum dari ayat Al-Qur’an. Ada kalanya beberapa ayat diturunkan dengan sebab yang sama. Hal ini sangat banyak terjadi dalam Al-Qur’an. Terkadang sebuah kejadian menjadi sebab turunnya beberapa ayat yang tersebar dalam beberapa surat Al-Qur’an. Misal contoh Riwayat pertama, “Diriwayatkan dari Ummu Salamah, beliau mengatakan “Duhai Rasulullah, aku tidak mendengar Allah menyebutkan derajat keutamaan perempuan yang ikut hijrah ke kota Madinah”. Maka, Allah menurunkan ayat “Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya dengan berfirman, “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan…QS Ali Imran ayat 195” HR At-Turmudzi Riwayat kedua, “Diriwayatkan dari Ummu Salamah, beliau mengatakan “Duhai Rasulullah, engkau sering menyebutkan keutamaan laki-laki dan engkau sangat jarang menyebutkan keutamaan perempuan”. Maka, Allah menurunkan ayat “Sungguh, laki-laki dan perempuan Muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya….QS Al-Ahzab ayat 35” HR Al-Hakim Dalam kasus ini, dua ayat yang berbeda diturunkan Allah sebagai jawaban atas permintaan yang sama dari Ummu Salamah, istri Rasulullah saw. Keterangan di atas merujuk pada kitab Ulumul Qur’an karya Dr. Ibrahim Taufiq ad-Dib Kairo, Mesir Maktabah Aiman, 2018. Muhammad Tholhah al Fayyadl, mahasiswa jurusan Ushuluddin Universitas al-Azhar Mesir, alumnus Pondok Pesantren Lirboyo . 430 75 155 407 246 273 371 65

asbabun nuzul surat nuh